ZMedia Purwodadi

Alternatif Konten Modern yang Lebih Relevan di 2025

Table of Contents

Beberapa tahun lalu, blogging masih jadi platform yang efektif untuk membangun audiens dan berbagi ide di internet. Tapi sekarang, cara orang mengonsumsi informasi kini berubah drastis. 

Pembaca tak lagi punya banyak waktu untuk menelusuri tulisan panjang. Mereka lebih memilih format cepat, visual, dan interaktif. Pergeseran minat ini kemudian memicu pertanyaan Apakah blogger benar-benar mati di tahun 2025?

Tentunya tidak akan semudah itu. Namun ada beberapa alternative blog yang cukup populer saat ini, termasuk konten visual seperti video pendek. Konten dengan muatan visual dianggap lebih segar dan menarik untuk dikonsumsi.

Alternatif Konten Modern Relevan 2025

Apa saja alternatif blogging yang sedang naik daun di 2025? Serta, bagaimana kamu bisa memanfaatkannya untuk tetap terhubung dengan audiens di era digital yang serba cepat? Mari kita bahas selengkapnya.

TikTok Video

TikTok menjadi salah satu platform paling populer beberapa tahun terakhir. Platform ini banyak digunakan untuk berbagi konten singkat yang padat dan menarik.

Formatnya yang cepat membuat audiens bisa langsung menangkap pesan utama tanpa harus berlama-lama. Bagi kreator, TikTok bisa dipakai sebagai “micro-blogging” dalam bentuk video.

Mulai dari tips singkat, opini, video animasi, hingga storytelling, semua bisa dikemas dalam durasi pendek tapi berdampak besar. Selain itu, TikTok juga memiliki search engine yang cukup efektif.

Untuk memulai membangun audiens di TikTok, kamu bisa mulai dari memilih niche yang sesuai dengan passion. Siapkan beberapa draft untuk dijadwalkan secara rutin.

Vlog YouTube 

Vlog YouTube umumnya memiliki durasi yang lebih panjang dibandingkan TikTok video. Ada banyak jenis vlog yang bisa kamu coba. 

Misalnya, kamu bisa mendokumentasikan keseharian kamu sebagai seorang profesional dan berbagi perspective karir kepada audiens dengan tujuan edukasi.

Kamu juga bisa mencoba jenis konten berbeda, seperti storytelling seperti Nadia Omara, Nessie Judge, atau Korea Reomit. Namun, perlu diperhatikan bahwa beberapa niche mungkin sudah dipenuhi YouTube besar, sehingga akan sulit untuk bersaing bagi pemula. 

Pastikan niche yang kamu pilih masih berpeluang untuk membuatmu membangun audiens tanpa harus berkompetisi dengan YouTuber besar. Jika kamu sudah memiliki cukup audiens, kamu bisa mencoba monetize konten dan mendapatkan penghasilan dari platform tersebut.

Podcast YouTube 

Biasanya, podcast YouTube akan menampilkan setidaknya dua pembicara yang akan bertukar pikiran. Namun, kamu juga bisa mencobanya seorang diri dengan membahas suatu topik secara mendalam.

Banyak kreator mengunggah podcast versi audio-visual, sehingga audiens bisa memilih untuk menonton atau sekadar mendengarkan. 

Podcast bisa menjadi alternatif blogging dalam bentuk obrolan mendalam, diskusi, atau monolog yang membangun kedekatan lebih personal dengan audiens.

Newsletter 

Newsletter menjadi alternatif blogging yang lebih personal dan terfokus. Jika blog biasanya terbuka untuk siapa saja, newsletter hadir langsung di inbox pembaca yang sudah memilih untuk berlangganan.

Koneksi ini menciptakan hubungan yang lebih intim dan terarah antara kreator dan audiens. Konten yang dibagikan bisa artikel pendek, opini mingguan, kurasi berita, hingga tips praktis. 

Namun, kamu harus membangun audiens terlebih dahulu. Proses ini biasanya memakan waktu dan effort yang lebih banyak. Sama seperti video YouTube, Newsletter juga memberikan kesempatan kreator untuk monetize konten melalui langganan berbayar.

Micro Articles (LinkedIn/Medium) 

Jika blog tradisional cenderung panjang, micro articles lebih ringkas dan mudah dicerna. LinkedIn dan Medium menjadi dua platform populer untuk format ini. 

Artikel singkat di LinkedIn efektif untuk profesional yang ingin berbagi insight, tips, atau pengalaman, sementara Medium cocok untuk pembaca yang mencari perspektif segar dalam durasi baca singkat. 

Karena artikel cenderung pendek, maka penyampaiannya harus padat. Kelebihannya,  micro articles memudahkan pembaca mendapatkan nilai tanpa harus menghabiskan banyak waktu. Kamu juga tidak perlu repot mendesain blog.

Cepat atau lambat, kecenderungan membaca blog akan memudar. Namun, tentunya bukan berarti blogging benar-benar hilang, melainkan perannya mulai bergeser. 

Audiens kini mencari format yang lebih cepat, visual, dan interaktif. TikTok, YouTube, podcast, newsletter, hingga micro articles menawarkan jalur baru untuk menyampaikan ide dan membangun koneksi dengan pembaca atau penonton. 

Tidak ada satu format yang paling benar, semuanya kembali pada siapa target audiens dan bagaimana mereka lebih suka mengonsumsi informasi. 

Jika sebelumnya blog menjadi “rumah utama” bagi konten, di 2025 kita ditantang untuk lebih fleksibel dan berani mencoba format baru agar tetap relevan.